Pada suatu siang, seorang kakak dan adik
bersepeda bersama. Sang kakak adalah anak laki-laki berusia 10 tahun, sedangkan
adiknya perempuan berusia 7 tahun. Mereka bersepeda sore hari mengelilingi
kompleks perumahan.
Seperti anak-anak pada umumnya, mereka senang
menghabiskan sore dengan kegiatan yang menyenangkan. Saat sudah dua putaran,
ayah mereka bergabung dan ikut memutari kompleks perumahan dengan sepeda.
“Ayah, aku sering mendengar bahwa hidup
itu sebuah perjalanan. Apa maksudnya?” tanya sang anak laki-laki.
“Iya yah, adek juga sering dengar,”
tambah si bungsu.
Sang ayah tersenyum, “Baiklah, akan ayah
jelaskan,” ujarnya sambil terus bersepeda. “Kakak pernah jatuh saat
melewati jalan ini?” tanya pria tersebut. Saat sang anak mengangguk, dia
mengatakan bahwa pernah jatuh saat tidak tahu ada lubang di jalan yang sedang
dilewati, tetapi hanya sekali saja. Sang ayah melanjutkan, “Seperti itulah
perjalanan hidup, kamu pernah jatuh saat tidak waspada ada lubang di sana,
tetapi tidak apa-apa, pada akhirnya kamu jadi lebih waspada sehingga tidak
jatuh lagi karena tahu di mana letak lubang itu,”
Sang anak laki-laki dan anak perempuan
mengangguk.
“Adek pernah tersesat waktu pertama kali
belajar naik sepeda?” tanya sang ayah. Anak perempuan itu mengangguk, dia
bercerita bahwa saat pertama belajar sepeda, dia tidak tahu arah pulang, ada
banyak arah penunjuk jalan tetapi tidak tahu mana yang harus dipilih. Sang ayah
kembali tersenyum, “Hidup juga demikian, ada banyak pilihan jalan dan
tikungan yang harus dipilih. Untuk bisa memilih mana jalan yang sesuai dengan
tujuan, kamu tidak bisa memilih sembarangan, karena salah pilih, bisa
tersesat,” tambahnya.
“Lalu harus bagaimana, yah?” tanya
si bungsu.
“Ada beberapa orang yang nekat memilih
jalan tanpa tahu kemana jalan itu akan berujung, ada sebagian yang memakai
suara hati, karena hati adalah penuntun yang baik, tetapi yang paling utama,
penuntun terbaik kita adalah Tuhan. Tuhan sudah punya rambu-rambu jalan mana
yang harus kita ambil, jika kamu berada di jalur yang sesuai, maka kamu akan
aman hingga sampai ke tempat tujuan,” ujar sang ayah.
“Kadang.. ada banyak godaan yang
menghadang. Misalnya kita ingin segera pulang ke rumah, berlari-lari agar cepat
sampai, tetapi di pinggir jalan banyak penjual makanan yang lezat. Kadang kita
memang perlu berhenti sebentar, agar bisa menikmati hidup, selama pilihan itu
baik dan tidak merugikan, boleh saja. Kita boleh mampir sebentar ke tukang nasi
goreng atau minum es cendol, agar tubuh kembali segar dan bisa berlari lagi.
Tidak mau kan pingsan di tengah jalan karena capek berlari sebelum sampai ke
tempat tujuan,” ujar sang ayah sambil tersenyum.
“Apa kalian sudah mulai paham?”
tanyanya.
Kedua anak mengangguk dan tersenyum.
“Mungkin itu dulu yang bisa kalian
pahami, nanti kalau usia kalian bertambah, akan ayah ceritakan lagi hal-hal
yang lebih berat,” janji pria tersebut.
Demikian sebuah perbincangan antara ayah dan
anak di sore hari. Semoga bisa menjadi sedikit lentera dalam perjalanan hidup
Anda.